Marxisme sebagai pengatur lalu lintas kebenaran?
Apakah mungkin?
Marxisme sendiri sering terlihat otoriter dan tidak manusiawi koq. Ketika ideologi menjadi pengatur lalu lintas kebenaran,maka ideologi itu berubah menjadi supra ideologi.
Begitu mengerikan ideologi kalo berubah menjadi ideologi yang mengatur lalu lintas kebenaran
Kata-kata begitu mudah terucap bak mata berkedip,dapat diuntai indah, kadang mengena dihati, kadang membuat jengkel hati, kadang menyenangkan hati....dan kadang membuat senyum sinis dari orang yang mendengarnya atau membacanya.Kehidupan ini tak semudah kata-kata bagai sebuah perjalanan yang panjang yang penuh rintangan dimana kita berada dalam setiap persimpangan baik dan buruk, sedih dan gembira dan kita harus memilih diantaranya.
Saturday, September 29, 2007
Monday, September 24, 2007
Abu Mufakhir
Setelah dimensi ideologi serentak memisahkan individu dari individu. terjadi totalitas yg parsial, totalitas tapi pecah2. karena kendati menerima totalitas, harus ada syarat yg disepakati. syaratnya adalah totalite (keseluruhan) itu tidak boleh dimutlakan dan tidak boleh menjadi sesuatu yg mutlak. sebab jika totalite itu menjadi mutlak, maka ia akan menjadi tolak ukur tertinggi. seperti tolak ukur penyamarataan rasa itu tidak boleh terjadi. karena menyebabkan nilai hidup sebagai individu tidak lagi mutlak dalam dirinya, tapi dibangun diluar dirinya. karena itu, maka semua bentuk totalite (keseluruhan) harus tunduk pada tolak ukur yg lebih tinggi lagi. nah tolak ukur itu tau apa namanya, yg pasti harus menerima dan menghormati martabat masing2 individu, tapi bukan berarti individualisme.
marx sebagai ideology (marxism) atau apapun harus terlepas dari monopoli kebenaran sejati (hal ini didasarkan pada konsep pluralisme filsafat. jadi awalnya filsafat harus terlepas dari monopoli kebenaran sejati) nah, sebaliknya marxism harus berfungsi sebagai pengatur lalu lintas kebenaran, melalui prosedur yg fair bagi pencapaian konsensus
marx sebagai ideology (marxism) atau apapun harus terlepas dari monopoli kebenaran sejati (hal ini didasarkan pada konsep pluralisme filsafat. jadi awalnya filsafat harus terlepas dari monopoli kebenaran sejati) nah, sebaliknya marxism harus berfungsi sebagai pengatur lalu lintas kebenaran, melalui prosedur yg fair bagi pencapaian konsensus
Tuesday, September 11, 2007
Adolf Aditya Putra
Subscribe to:
Posts (Atom)