Kata-kata begitu mudah terucap bak mata berkedip,dapat diuntai indah, kadang mengena dihati, kadang membuat jengkel hati, kadang menyenangkan hati....dan kadang membuat senyum sinis dari orang yang mendengarnya atau membacanya.Kehidupan ini tak semudah kata-kata bagai sebuah perjalanan yang panjang yang penuh rintangan dimana kita berada dalam setiap persimpangan baik dan buruk, sedih dan gembira dan kita harus memilih diantaranya.
Jika kita memahami hidup adalah kematian yang tertunda maka yang akan kita buat dalam keseharian adalah suatu yang dapat membuat kita sampai pada tujuan 'kematian'.ingin rasanya menelanjangi diri untuk membersihkan bercak-bercak noda yang menempel pada tubuh ini, namun tak berdaya akal untuk mewujudkan apa yang ingin kita lakukan KARENA kita malu pada tubuh-tubuh yang lain.
Aku dhalim katanya… Meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya Kutahu sebenarnya Dia belum tahu apa maksud imajiku Dari pada lipstick, garam lebih berasa Asesoris hanya tipuan Primernya garam pada setiap masakan! Siapa yang mengelaknya Sandalin muka lho… Biar tau malu, tau rasa ha ha ha
Akhirnya dia yang jelata dengan cahaya kehidupan, mampir dan melabuh pada bandar kecil. Bandar kecil yang tidak kecil, bandar kecil yang tidak besar. Tapi cukuplah untuk menyandarkan mesin.
Cukuplah untuk menambat tali kerinduan atas kebenaran. Sekarang si Jelata tidak sendiri. Dia jelata bersama. Tapi dengan kebersamaan dalam kejelataan, merindulah terus dalam peziarahan.
selamat yah menempuh hidup yang mendua, heheheheee.... hidup yang mendua memang penuh kejutan-kejutan kecil yang menyengat, mengakibatkan bengkak-bengkak pada jiwa yang mendua, tapi jangan khawatir bengkak bukan berarti sakit, melainkan injeksi kenikmatan-kenikmatan dalam kehidupan jiwa yang mendua.... oke PAk selamat mencoba....hehehehe..salam persahabatan.
Anugerahilah saudaraku ini ketenangan dalm hati, fikiran dan Ibadahnya, keberkahan, dalam usia dan hartanya, kesehetan yang baik, sakinah atas keluarganya, jalan keluar bagi kesulitannya.
Tempatkan Maqamnya kelak pada derajat mulia bersama hamba-hambaMu. Syuhada, Sholihin dan Awliya'.
Bertemu dengan sobat lama ini, selalu membuat saya kagum dengan PEMIKIRAN LIAR-nya. Dari jaman kuliah hingga terakhir ketemu masih selalu berkelana dan explore tentang pemikirannya, selalu "mencari kebenaran dari sesuatu yang dianggap benar", detail (cenderung njelimet alias complicated), selalu berpegang teguh pada pendirian (cenderung ngeyel).
Yang menarik adalah pemikiran liar itu dilakukan dengan ilmu & idialisme-nya. Dulu ketika kuliah sering menyusupi ide-ide kritis tentang hidup, melalui puisi2 dan tulisan serta photo2nya.
Tapi .... dulu jamannya have fun go mad, belum mau berfikir kritis.
Ketika sekarang, somehow I missed his "PEMIKIRAN LIAR"-nya yang mungkin bisa menyeimbangkan karakteristik ajaran jawa yang cenderung patuh pada aturan.
"SATU JAM BERSAMA SANG PEMIKIR LIAR" tidak akan cukup, masih banyak hal yang saya ingin tahu dari cara dia berfikir sehingga dapat menyeimbangkan hidup.
SANG PEMIKIR LIAR, saya tunggu waktu lain untuk kita bertukar cerita dan pikiran ......
Melukis cahaya, Akar-akar kata yang berserak di hempas alam terekam dalam gambar Di kala detik itu terhenti, menjadi sejarah anak manusia Hadirnya dirimu dari setiap detik itu Melebur kubiarkan menjadi impian yang tersembunyi
Jutaan khayal, Lalu kita hidupi dengan jiwa yg menanti selama ini dari sebuah sosok, Tersentuh mata dan jari-jarimu, membara api cinta. Jutaan sahabat kusiar kabar akan kisah kasih kita. Pialang-pialang kata berebut merenggut cerita kita. Kita yang tenang datar menjadi senyum tawa bahagia para kerabat. Setiap relung-relung waktu kubangun imajinasiku akan wajahmu. Padamu sisa waktu kita menyatu, denganmu jiwa erat membaur.
Yank...., Kunikmati jiwamu, Sebab harum batinmu telah kulekatkan. Nafasku mengalir darahmu, pada pasirmu bertanya: "Akukah belahan jiwamu dengan cintamu,pasangan kekasih jiwa, yang tersembunyi selama ini?" Tanpamu hati terkurung terbiar berkelana akan cinta sejati. Puncak hakekat dan labuhan tarekat cinta adalah kebahagiaanku.
APALAH ARTI SEBUAH DIRI JIKA DIRI ITU DIPERTANYAKAN... APALAH ARTI SEBUAH DIRI JIKA DIRI ITU DICARI... APALAH ARTI SEBUAH DIRI JIKA DIRI ITU DIUNGKAPKAN...
AKU ADALAH AKU YANG TIADA... AKU ADALAH AKU BAGI DIRIKU DAN BAGI DIRIMU... AKU ADALAH DEBU DARI DIRIKU DAN DIRIMU... AKU BUKANLAH APA-APA JIKA TIDAK ADA KAMU DAN KAMU BUKANLAH APA-APA JIKA AKU TIADA..
SETIAP AKU ADALAH AKU DAN SETIAP KAMU ADALAH AKU BAGI DIRIKU...
TIDAK ADA SESUATU SELAIN AKU DAN TIDAK ADA KAMU SELAIN AKU...
AKU ADALAH ORANG YANG BERJALAN DENGAN DIRIKU DAN BERBAYANG DIRIMU..
Termenung dan Terpaku, Memikirkan apakah gerangan yang akan terjadi. Terdiam dan Terbayang, Memikirkan benarkah ini bukan mimpi dan terjadi.
Satu bagian hati berkata bahwa kaulah belahan jiwaku. Satu bagian hati bertanya akankah ini kan abadi ??? Satu bagian hati takut kan kehilangan hatimu. Satu bagian hati berharap tuk' bisa melewati segala rintangan yang akan ada.
Akankah segala perbedaan membuat sayatan di hati??? Akankah segala keindahan hilang ditelan kelamnya malam??? Akankah hati dan jiwamu menyertaiku selalu??? Akankah ragamu kan memelukku dan tak kan melepaskannya lagi???
Kesepian, adalah apa yang kau nikmati setelah merenggut kebebasan dari kelamin hidup! “sedang senyap menyelinap diantara desah yang menganga”, karenanya kau coba tebus dengan puisi bimbang. kawan, mimpi telah banyak mencekik orang seperti kita, tapi tetes-tetes upaya melegakan setelahnya, walau mengorbarkan luka dalam ragu yang kian dalam, tapi, mereka terlalu tua untuk kita, dan kita tidak pernah terlalu muda untuk mereka!. karena kita tidak pernah gagal mencuri gairah dalam hidup yang basi ini! karena kita berpuisi…
seperti kita menterjemahkan ayat-ayat suci: buruh-buruh itu menyenandungkan kesaksiannya, bahwa tiada yang paling berkuasa selain Dia, jika ada yang mecoba untuk berkuasa- maka mencoba menjadi Dia. dan kita mendengar senandung itu, kita mendengar, kita mendengar, semakin jauh semakin dekat.
walau kadang suara dirampas hiruk dunia!
kau bisikkan “mimpi di ujung embun” dan aku mengira, segala telah patah, karenanya kita berpuisi, menyambung mimpi-mimpi, menghimpun yang terserak, menjadi pelayat kepada jiwa-jiwa yang mati. Dan walaupun iringan pelayat terlilit lupa, kita tetap ingat dan berkata: yang mati akan bangkit!; dan malam mulai kembali jahanam, menginjak-injak jiwa yang merasa merdeka!
kawan, kelak kita adalah jasad. Terbaring dalam kadafer yang dingin dan sepi. kelak kita adalah jasad, tapi kinipun kadafer itu telah mengurung kita! siapa malaikat yang berani menyepak kita ke neraka? selama kita tetap setia pada cita-cita. tapi inilah teman- sepi untukmu dari Tuhan.
kawan, kau ingat, setelah lelah dari tempatmu, aku berjalan linglung ke terminal, memasuki alam yang tak tegas menghimpunku. Maka aku-lah yang selalu kembali menegaskan, bahwa hidup adalah secangkir kopi. Hitam dan tumpah ke remang jantung, membuat setiap denyutnya berjaga, membuat setiap hembus nafas terasa senja. Tapi jahanam, doa siapa tersesat di kepala keropos milik kita. Menyeret tubuh kering ini ke sangsi yang kejam. Hingga kita beku di puncak sunyi.
"Seribu kata dalam almari coklat di ujung kalimat, diantara kebodohan dan di tepi air yang menjadi nyeri, “jiwamu menolak mati!”
"Tidak ada batas dlm hidup kita, hanya kita yg mbatasinya. Pertanyaan2 dan rasa ingin tahu hanya akan merusak misteri dan imajinasi. Biarkanlah semua alami.. biarkan rasa & sensasi menuntun kita"